Wudhu Politik

Politisi senior Golkar Jawa Timur, Ridwan Hisjam/Ist
Politisi senior Golkar Jawa Timur, Ridwan Hisjam/Ist

FIRMAN Soebagyo haram masuk Jawa Timur. Dia harus wudhu politik dulu. Begitu sindiran tokoh senior Golkar, Yusuf Husni. 

Mengapa Wakil Ketua Umum Partai Golkar harus wudhu politik? Sebab dia punya 'dosa besar' pada sesepuh Golkar, yakni Ridwan Hisjam. 

Ya, dengan mengusulkan pada Dewan Etik Partai Golkar agar menindak tegas Ridwan, sejatinya Firman telah membuat 'dosa besar'.

Firman dianggap tidak tahu soal sejarah membesarkan partai Golkar. Sementara Ridwan Hisjam punya andil besar, terutama saat kisruh 1998 dimana kantor Golkar di Jawa Timur dibakar massa. Justru Ridwan lah yang berjuang mempertahankan dan membela mati-matian.  

Gara-gara melemparkan wacana  musyawarah nasional luar biasa (Munaslub), Ridwan kemudian dituding telah mengingkari keputusan tertinggi Munas tahun 2019. Bahkan dituding hendak menghancurkan Golkar. 

Itu tudingan salah alamat, kata Yusuf. 

Menurut Yusuf, yang dimaksud Munaslub tidak harus mengganti ketum. Saat ini persepsi publik maupun orang-orang Golkar banyak yang terbelah. Selalu mempersepsikan Munaslub dengan pergantian Ketum. 

Tidak seperti itu. Justru wacana Munaslub yang diusulkan Ridwan demi kebaikan Golkar.

Kalau selama ini partai Nasdem kerap menggadang-gadang sebagai pengusul Capres pertama, itu tidak sepenuhnya benar. Justru Golkar lah yang mengusulkan Capres pertama kali, yakni Airlangga Hartarto melalui hasil Munas 2019 dan itu diperkuat dengan hasil keputusan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas).

Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa sampai hari ini belum ada deklarasi pencapresan Airlangga. Itu yang disesalkan tokoh-tokoh Golkar Jawa Timur, terutama Ridwan Hisjam.

Sebaliknya Airlangga berikut DPD I Golkar dianggap tidak mematuhi keputusan Munas 2019. Seharusnya setelah putusan Munas, Airlangga langsung dideklarasikan. Bukan malah 'berselancar'. 

Sekarang Airlangga terus 'berselancar' mencari arah angin. Ibarat nahkoda kapal kehilangan kompas. Bingung menentukan arah angin. Lobi sana sini. Loncat dari satu pertai ke partai lain. Berharap bisa menambah koalisi. Padahal dia sendiri adalah Capres hasil Munas. Sementara batas waktu pendaftaran calon presiden sudah dekat. Karena itu, wacana Munaslub yang disampaikan Ridwan bertujuan untuk memastikan keberlanjutan hasil Munas. Sebab yang bisa meralat Munas ya Munas itu sendiri. 

Yusuf tidak mempermasalahkan jika nantinya hasil Munaslub tetap sepakat mengusung Airlangga sebagai Capres maupun Cawapres. Setidaknya ada kepastian politik Golkar akan dibawa kemana. 

Maka dari itu, sangat disayangkan pernyataan Firman yang menganggap wacana Munaslub sebagai gagasan menyesatkan. Bahwa ada penumpang gelap yang hendak menghancurkan Golkar. Apalagi sampai meminta Dewan Etik Partai Golkar memecat Ridwan. 

Menurut Yusuf, pernyataan Firman  sangat berbahaya bagi partai. Dia tidak tahu bahwa Golkar sampai detik ini masih didukung oleh kader-kader idelogis layaknya Ridwan Hisjam yang telah berkorban banyak demi partai. Dengan mengatakan demikian, Firman terkesan membiarkan publik terpecah belah. Sehingga berdampak pada suara Golkar di Jawa Timur. 

Terakhir Yusuf berpesan begini: ingat, jika suara Golkar di Jatim naik maka suara pusat akan naik. Jika suara Golkar di Jatim turun, maka tergeruslah suara Golkar di pusat. 

Maka, sebelum berpolitik wudhulah dulu.

*Penulis adalah wartawan Kantor Berita RMOLJatim